Copyright © 2016 www.dickidirmania.com
SITEMAP | CONTACT US | TERMS & CONDITIONS
Bismillahirrahmanirrahim
Revolusi Mindset Menghadapi Era Globalisasi

Globalisasi merupakan sebuah titik sentral dalam berbagai agenda Intelektual dan politik yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan krusial tentang apa yang oleh banyak orang dipandang fundamental dan dinamis yang terjadi saat ini dan dalam konteks globalisasi dapat diganti dengan sebuah istilah yang mengandung nilai deskriptif dan kekuatan penjelas lebih besar, yakni Imperialisme anak dari Kapitalism yang selama ini meronrong bumi Pertiwi Indonesia.

Bila melihat kenyataan peran pemuda masa kini sangat berbeda jauh dengan peranan pemuda pada era sebelumnya. Pemuda kini hidup dalam dunia yang serba-pragmatis sebagai imbas dari guliran budaya globalisai yang merasuk budaya Indonesia lewat perkembangan teknologi dan informasi yang sangat memikat. Walaupun globalisasi tidak selalu membawa dampak Negatif, tetapi ada juga positifnya. Namun globalisasi di Indonesia lebih banyak berdampak Negatif, seperti pola hidup masyarakat yang menjadi lebih konsumtif, hedonis, dan materialistic. Akibatnya, pemuda kini tidak lagi mempersoalkan masalah Globalisasi dalam tataran kebangsaan.

Tantangan semakin berat bagi pemuda dalam menghadapi wabah Globalisasi yang semakin sarat akan kepentingan dan dinamis. Persatuan dan kesatuan terancam oleh berbagai persoalan kebangsaan. Perubahan yang diharapkan akan segera terjadi pasca rezim Suharto tumbang ternyata tidak juga terjadi. Bahkan reformasi dibawah kepimpinan presiden Habibie, Abdulrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono keadaan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan.

Pemuda Sekarang, Pemuda Sebagai Komoditi


Tanpa menguraikan secara detail persoalan yang bertalian dengan peran gerakan pemuda dari masa ke masa itu, yang perlu dikatakan adalah, bahwa peran pemuda kini berbeda jauh dengan peranan pemuda pada era sebelumnya yang memiliki kultur politik tertentu. Pemuda kini hidup dalam dunia yang serba-pragmatis sebagai imbas dari guliran budaya global yang merasuk budaya Indonesia lewat perkembangan teknologi dan informasi dengan gaya instannya yang sangat memekat. Akibatnya, pemuda kini tidak lagi mempersoalkan ideologi dalam tataran makna, tetapi pada tataran perbuatan. Itulah yang membuat pemuda kini lebih berkonsentrasi mengejar prestasi di bidang ekonomi, dan perebutan prestise di berbagai tataran sosial, ekonomi, dan politik.

Perspektif pemuda saat ini bila kita amati, adalah ukuran kesuksesan seorang anak bangsa tidak lagi di ukur dengan kepribadian yang jujur, bersih yang senantiasa mempunyai keberanian untuk membantu kepentingan sesama bangsa dan kepentingan orang banyak. Ukuran yang dipandang terhormat bagi pemuda saat ini ialah ketika berhasil menjadi seorang pejabat, baik yang duduk parlemen, pemerintahan atau pejabat daerah. Seorang pemuda dianggap paling sukses, jika dia mampu menjadikan jabatan yang diemban tersebut sebagai alat untuk memperkaya diri, hidup bermewah-mewahan yang didapat dari hasil mencuri uang Negara, atau mengeksploitasi Sumber Daya alam.

Perspektif diatas adalah bentuk kemunduran dan keterbelakangan mental dan moral pemuda pada Era Reformasi, kejadian cacat mental dan moral ini sangat merata dan belum pernah terjadi pada sejarah panjang Indonesia di era sebelumnya. Pemuda era reformasi ini adalah pemuda sebagai komiditi. Pemuda sebagai manusia yang telah dimusnahkan secara sistematis. Pemuda era reformasi. Pemuda yang dibentuk oleh lingkungan sosial dan system Negara yang sebagai komoditi politik yang diperdagangkan. 

Oleh karena itu perjuangan terberat bagi pergerakan pemuda saat ini bukan semata menggantikan sebuah sistem pemerintahan. Perjuangan terberat dari gerakan pemuda saat ini adalah merevolusioerkan “mindset” atau cara pandang pemuda dan seluruh rakyat Indonesia untuk kembali kepada nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Kembali kepada nilai-nilai perjuangan untuk kepentingan umum, dengan ketulusan untuk mengorbankan kepentingan pribadi dan kelompok, revolusi mindset adalah agenda prioritas saat ini, sebagai syarat untuk menempuh dan mewujudkan masyarakat yang berlandaskan pada filosofi kerjasama, gotong royong (eka sila) dan kekeluargaan guna membasmi bakteri liberalisme, individualisme, kapitalisme dan cacat moral dan mental yang terjangkit luas dikalangan PEMUDA saat ini, siapa pelakunya ya anak bangsa Indonesia sendiri secara kolektif meraih keuntungan dengan memasukan pemodal-pemodal asing kedalam negeri, sementara saudara-saudaranya mengais sampah diselokan jalanan, tertindas dinegerinya sendiri selaras dengan apa yang disampaikan oleh bung karno “musuh kita hari ini tidak lagi melawan penjajah, tetapi musuh kita hari ini adalah melawan sesama anak bangsa”.

Pemuda Harus Belajar Sejarah

Mengutip perkataan Bung Karno yang mengatakan bahwa “jasmerah!!!, jasmerah!!!, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Pada zaman penjajahan Belanda, para pemuda Indonesia mengambil langkah aktif untuk menyikapi penindasan yang terjadi . Pada saat sekarang ini dimana keadaan Indonesia yang mengalami krisis multidimensional pemuda seyogyanya mampu merevitalisasi persatuan dan kesatuan bangsa. Bukan sebagai komoditi atau penonton saja di negeri sendiri, karena para kaum muda saat ini sangat sedikit sekali belajar dari sejarah yang sudah terlewatkan, dengan kata lain bukan berarti sejarah terdahulu di adopsi secara menyeluruh tetapi harus di filterisasi juga karena tidak setiap sejarah itu benar untuk di ikuti, harus dipilah-pilah, sebaiknya pemuda harus membuat sejarah yang lebih “wah” daripada yang terdahulu, sejarah dahulu dijadikan saja sebagai bahan referensi guna memperjelas jalan dan acuan melangkah kedepan untuk memulai berbuat demi bangsa dan Negara ini, melawan Globalisasi.

Kembali kepada sejarah sebagai acuan untuk membuat sejarah baru bagi kelangsungan hidup khalayak ramai, kaum pemuda selayaknya secara mindset harus benar-benar punya pemikiran yang cemerlang, yang dimaksud disini adalah merevolusi cara pandang para kalangan kaum Intelektual muda yang selama ini kemungkinan lebih cenderung kepada pemikiran Kapitalisme, hedonistic, liberalism, dll. maka kembalilah kepada pemikiran yang memihak kepada kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

Kesimpulan

Pemuda sebagai agent of change atau agen perubahan yang menjelma menjadi sebuah amunisi dari maju mundurnya sebuah bangsa yang senantiasa siap untuk selalu mengambil peran dan memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan berbangsa dan bernegara. Sebagai mana yang telah dicita-citakan oleh proklamator negeri ini. Dengan harapan mudah-mudahan pemuda pemudi Indonesia dan generasi penerus bangsa, dapat menjadi dan tampil sebagai soekarno-soekarno baru masa depan bangsa, yang senantiasa menjadi motor pergerakkan kemajuan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.

Terima Kasih atas kunjungan para sahabat di Blog yang sederhana ini, semoga dapat memberikan Informasi dan Inspirasi bagi anda. Alangkah berkesan jika sahabat berkenan memberikan Komentar dan saran dari setiap Artikel yang kami muat.